Terbaru

Kontraksi IPO Saat Resesi

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email

Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering / IPO) mengalami kontraksi saat resesi melanda pada tahun 1998, dengan hanya 8 emiten yang melantai. I Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia, menjelaskan bahwa pada tahun 1997, penggalangan dana melalui IPO masih relatif baik, dengan 30 perusahaan berhasil menggalang dana sebesar Rp3,5 triliun. Namun, situasi politik dan ekonomi yang memburuk pada Mei 1998 berdampak pada penurunan tren pencatatan saham IPO secara drastis. Jumlah perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 1998 turun tajam menjadi 6, atau sekitar 80 persen menurut Nyoman, sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia pada saat itu mencapai minus 13,13 persen.

Penurunan jumlah perusahaan yang melakukan IPO merupakan cerminan dari efek krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1999, jumlah perusahaan yang melakukan IPO hanya sedikit meningkat menjadi 9 entitas. Namun, data statistik OJK menunjukkan adanya pemulihan tren IPO perlahan pada tahun 2000, dengan catatan efektif yang mencatat 347 emiten, naik 8,9 persen dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 321 emiten.

Krisis subprime mortgage pada tahun 2008 juga memberikan tekanan berat pada pasar modal, terutama di Amerika Serikat yang berdampak global. Meskipun demikian, pada tahun tersebut, BEI melaporkan ada 18 perusahaan yang berhasil menggalang dana, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih berkisar 6 persen. Total dana yang terhimpun pada tahun tersebut mencapai Rp24 triliun. Namun, dampak krisis mulai terasa pada tahun 2009 ketika jumlah perusahaan yang menggalang dana turun menjadi hanya 13 perusahaan.

Menjelang tahun 2023, Bank Indonesia memperkirakan tantangan yang akan dihadapi. Pertumbuhan ekonomi global diprediksi melambat dengan risiko koreksi yang lebih rendah dan tingkat resesi yang tinggi di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Eropa. Meskipun demikian, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 tetap berkisar antara 4,5 persen hingga 5,3 persen. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 diharapkan tetap tinggi berkat permintaan domestik yang kuat dan kinerja ekspor yang positif, meskipun ada risiko perlambatan ekonomi global yang lebih dalam.

I Gede Nyoman Yetna menyambut baik perusahaan-perusahaan yang akan melakukan IPO, termasuk perusahaan BUMN dan afiliasinya. Otoritas Jasa Keuangan dan Self-Regulatory Organization pasar modal Indonesia (BEI, KPEI, dan KSEI) akan terus mendukung para pengusaha di Indonesia dalam memanfaatkan pasar modal sebagai sarana pendanaan.

Terbaru
Kategori
Topik